Tuesday, May 22, 2012

Smurf Memilih Tak Punya Uang

Sewaktu jaga di Bledug Merapi hari ini, saya baca sebuah komik lucu berjudul "Smurf Bendahara". Dari judulnya, sudah bisa menebak kan tokoh utama komik ini? Yup, makhluk biru imut-imut yang punya ketrampilan masing-masing. Saling memanggil dengan nama 'smurf', suka sekali mengucapkan kata 'smurf' dalam kalimat-kalimat mereka.


Dalam komik ini, diceritakan seorang smurf sedang ada keperluan di dunia manusia. Ia lalu pergi ke pasar dan melihat semua orang melakukan jual-beli dengan uang, hal yang sangat asing bagi dirinya. Karena di dunia smurf kita tidak membutuhkan uang untuk mendapatkan sesuatu. Jika butuh roti, kita tinggal minta ke smurf koki. Kalau ingin dibuatkan patung, kita tinggal minta tolong ke smurf pemahat. Sesederhana itu.


Namun, sepulang dari negeri manusia, smurf mempunyai ide untuk menerapkan sistem keuangan itu di negerinya. Maka ia mulai merancang pembuatan koin-koin emas sebagai uang dan mengumumkan ide tersebut ke teman-temannya. Awalnya semua merasa aneh dengan ide itu, tapi akhirnya setuju dengan penggunaan uang sebagai alat pembayaran. Maka, dimulailah era uang di negeri para smurf.


Satu per satu smurf mendapat jatah uang masing-masing. Semua perlu adaptasi, tapi dalam waktu cepat keadaan bisa berjalan sesuai rencana awal. Tak ada lagi roti gratis, perbaikan rumah kini perlu biaya, kain pun dibeli dengan uang, semua berjalan persis dengan keadaan di negeri manusia. Oya, sampai di sini smurf yang mempunyai ide paling awal mempunyai nama baru yaitu smurf bendahara. Ia menjadi tempat bertanya bagi smurf-smurf lain yang kadang mempunyai masalah dengan uang. Smurf bendahara juga mengajarkan bagaimana peminjaman uang dengan bunga dan jaminan, tabungan, bank, dan seluk beluk uang lainnya.


Awalnya tak ada yang merasa terganggu dengan sistem baru ini. Hingga akhirnya mereka menyadari bahwa kehidupan para smurf telah berubah total. Apa-apa dinilai dengan uang. Semua fokus pada pekerjaan untuk meghasilkan banyak uang. Tak ada lagi smurf yang menyanyi dan menari. Bahkan beberapa sampai bertengkar karena uang. Lama-kelamaan mereka muak dengan keadaan tersebut, dan memutuskan untuk meninggalkan desa. Berduyun-duyun para smurf pergi dan mencoba membangun desa baru. Smurf bendahara sebagai pencetus ide tentu berusaha menghalangi mereka. Namun, tak mudah untuk membujuk para smurf pulang. Setelah berjanji bahwa tak akan ada lagi uang di negeri mereka, barulah para smurf pulang dengan gembira. Keadaan pun berangsur normal, negeri para smurf kembali diliputi keceriaan.


Apa yang sangat familiar dari cerita ini? Uang. Bukan rahasia umum lagi kalau uang bisa menjadi masalah yang besar. Nggak sekali dua kali media kita diramaikan oleh berita yang bersangkutan dengan uang. Uang memang kebutuhan, saya sangat menyadarinya. Tapi jika kita terlalu berkonsentrasi pada koin-koin mungil ini, mungkin saja kita justru melupakan banyak hal penting lainnya. Seperti para smurf yang lupa dengan kebiasaan bernyanyi dan menari mereka. Seperti para smurf yang bisa terlena dan mengabaikan kehangatan di desa mereka. Kita jelas tidak bisa meniru cara hidup para smurf yang hidup tanpa uang. Tapi, belajar dari para smurf yang lucu itu, sudah jelas perlu kebijaksanaan jika kita telah memilih untuk berurusan dengan uang. Mari terus belajar.... :)

No comments:

Post a Comment