Thursday, July 3, 2014

Sehari di Kota Tua (Part 2)

Tengok dulu yuk part 1 di sini.

Baru kali ini saya nulis cerita satu hari sampai dipecah jadi dua bagian, haha…


Perjalanan masih berlanjut....
Keluar dari Gedung Cipta Niaga, masih ada beberapa kegiatan yang saya lakukan bersama Risha. Namun, yang paling penting adalah mengisi perut yang mulai keroncongan! Tak jauh dari Gedung Cipta Niaga, kami melihat tempat makan bernama “Djakarte Kedai Seni”. Tempatnya rame dan cukup nyaman. Akhirnya saya dan Risha mampir ke sana. Harganya masih terjangkau kok, sekitar Rp 10.000-Rp 35.000. Ice green tea-nya seger banget!! Selesai makan, kami pun sholat di tempat itu juga.

Rencana selanjutnya adalah menonton pertunjukan Teater Koma di Museum Fatahillah. Sayangnya, waktu bertanya ke panitia, pertunjukan Teater Koma yang pertama sudah selesai. Teater Koma akan tampil lagi pada sore harinya. Yasudah, kami pun memutuskan akan menonton pertunjukan keduanya. Untuk menghabiskan waktu, kami bergerak menuju Museum Bank Indonesia (BI).

Museum BI juga berada di sekitar Kota Tua. Jadi, kami tinggal berjalan kaki saja. Waktu itu mulai hujan, tapi kami tetap semangat jalan-jalan. Hehe… Untuk masuk Museum BI, pengunjung tidak dikenakan biaya. Pengamanan di sana cukup ketat, tas milik pengunjung juga harus dititipkan. Museum BI buka setiap hari Selasa – Jumat pukul 08.00-15.30 WIB. Hari Sabtu-Minggu buka pukul 08.00-16.00 WIB. Hari Senin dan libur nasional, museum ini tutup. Museum ini boleh banget lho dijadikan pilihan jalan-jalan di kala senggang.

Museum BI berisi sejarah perkembangan uang dan ekonomi di Indonesia. Ada pula koleksi uang dari Indonesia maupun negara lain. Berbagai diorama, seragam para pejuang juga ada di sini. Yang tidak kalah menarik adalah ruang penyimpanan emas! Memang sih, emasnya emas replika, tapi tetap bisa membuat mata jadi berbinar-binar. Haha…

Saya pikir, di museum BI ini kami akan terbebas dari kejadian konyol. Ternyata, perkiraan saya salah. Waktu asyik melihat-lihat ruangan di sana, seorang bapak satpam menghampiri kami dan berkata,"nonton filmnya dulu. Itu baru diputar, jarang-jarang diputar soalnya.” Saya dan Risha langsung masuk ke teater yang ditunjukkan oleh bapak tersebut. Benar saja, di dalam teater itu sedang ada pemutaran film. Tapiiiii baru saja saya dan Risha duduk, filmnya selesai. Kami bahkan belum sempet lihat satu adegan pun, jadi nggak tahu sama sekali ini film tentang apa. -___- Kami langsung bengong sejenak. Saya dan Risha masih berharap akan ada pemutaran selanjutnya, soalnya petugasnya masih di sana. Harapan tinggal harapan. Kami malah disuruh keluar sama petugasnya.

Baiklah, saya dan Risha pun melanjutkan keliling Museum Indonesia. Sempat tertahan agak lama di ruang penyimpanan emas cadangan. Selain karena di sana cahaya cukup terang (berbeda dengan ruangan lain), kami juga bisa foto berdua di sana. Haha… Sadar hari sudah mulai sore, kami pun keluar dari Museum BI dan kembali ke Museum Fatahillah. Ngapain lagi? Tentu saja untuk mengejar pertunjukan Teater Koma yang kedua.

Setelah bertanya sana-sini, ketemulah tempat di mana pertunjukan diadakan. Kami menuju ruangan sesuai arahan bapak satpam di depan museum. Saking semangatnya, kami langsung masuk ke ruangan itu, nggak mau ketinggalan pertunjukan kali ini. Namun, anehnya yang kami temui bukan sebuah pertunjukan. Ruangan itu justru sepi, hanya ada beberapa orang di dalamnya. Lalu, kami terlibat percakapan berikut.
Lulu & Risha : (celingak-celinguk nyari pertunjukan Teater Koma)
Mbak Panitia: nyari siapa Mbak?
Lulu & Risha : yang Teater Koma di mana ya Mbak?
Mbak Panitia: yaa? (agak bingung karena kami ngomong buru-buru)
Lulu & Risha: pertunjukan Teater Koma di mana ya?
Mbak Panitia: oh, udah selesai Mbak… Besok lagi aja, besok ada dua pertunjukan lagi.

Yaaahh, ketinggalan lagi pertunjukan Teater Koma. Kami pun langsung mengucapkan terima kasih dan keluar. Setelah itu, kami baru sadar kalau ruangan yang kami masuki tadi adalah ruangan artis dan properti! Malu-maluin banget pokoknya asal nyelonong masuk. Apalagi di depan ruangan tadi ada beberapa orang yang sedang berdiri. Waktu kami perhatikan lagi, salah seorang yang sedang berdiri adalah Ratna Riantiarno. Beliau adalah aktris ternama sekaligus pendiri Teater Koma. Di sebelahnya ada seorang laki-laki yang juga aktif di Teater Koma (saya nggak tahu namanya). Menurut info, dia adalah putra Ratna Riantiarno. Aaaahh, mereka semua ada di sana dan kami nyelonong gitu aja di depan mereka.

Alhasil, kami pun berkali-kali bertanya ke diri sendiri, kenapa hari ini banyak kejadian konyol. Sekarang sih, kalau inget tinggal ketawa aja. Hihi... Itulah petualangan sehari kami, pasukan berbaju merah, di Kota Tua. Terima kasih Risha yang sudah menjadi partner seharian. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya. :D

Deretan telepon itu menggambarkan suasana waktu krisis moneter, telepon di BI tidak pernah berhenti berdering

\^_^/

No comments:

Post a Comment